Selamat Datang di kawasan anker arief aprianto

Selasa, 21 Februari 2012

KISAH SEPANJANG JALAN

Cerpen NN

Di stasiun kereta api bawah tanah Tokyo, aku merapatkan mantel wol tebalku erat-erat. Pukul 5 pagi. Musim dingin yang hebat. Udara terasa beku mengigit. Januari ini memang terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Di luar salju masih turun dengan lebat sejak kemarin. Tokyo tahun ini terselimuti salju tebal, memutihkan segenap pemandangan.

Stasiun yang selalu ramai ini agak sepi karena hari masih pagi. Ada seorang kakek tua di ujung kursi, melenggut menahan kantuk. Aku melangkah perlahan ke arah mesin minuman. Sesaat setelah sekeping uang logam aku masukkan, sekaleng capucino hangat berpindah ke tanganku. Kopi itu sejenak menghangatkan tubuhku, tapi tak lama karena ketika tanganku menyentuh kartu pos di saku mantel, kembali aku berdebar.

Tiga hari yang lalu kartu pos ini tiba di apartemenku. Tidak banyak beritanya, hanya sebuah pesan singkat yang dikirim adikku, "Ibu sakit keras dan ingin sekali bertemu kakak. Kalau kakak tidak ingin menyesal, pulanglah meski sebentar, kak�c". Aku mengeluh perlahan membuang sesal yang bertumpuk di dada. Kartu pos ini dikirim Asih setelah beberapa kali ia menelponku tapi aku tak begitu menggubris ceritanya. Mungkin ia bosan, hingga akhirnya hanya kartu ini yang dikirimnya. Ah, waktu seperti bergerak lamban, aku ingin segera tiba di rumah, tiba-tiba rinduku pada ibu tak tertahan. Tuhan, beri aku waktu, aku tak ingin menyesal�c

Sebenarnya aku sendiri masih tak punya waktu untuk pulang. Kesibukanku bekerja di sebuah perusahaan swasta di kawasan Yokohama, ditambah lagi mengurus dua puteri remajaku, membuat aku seperti tenggelam dalam kesibukan di negeri sakura ini. Inipun aku pulang setelah kemarin menyelesaikan sedikit urusan pekerjaan di Tokyo. Lagi-lagi urusan pekerjaan.

Sudah hampir dua puluh tahun aku menetap di Jepang. Tepatnya sejak aku menikah dengan Emura, pria Jepang yang aku kenal di Yogyakarta, kota kelahiranku. Pada saat itu Emura sendiri memang sedang di Yogya dalam rangka urusan kerjanya. Setahun setelah perkenalan itu, kami menikah.

Masih tergambar jelas dalam ingatanku wajah ibu yang menjadi murung ketika aku mengungkapkan rencana pernikahan itu. Ibu meragukan kebahagiaanku kelak menikah dengan pria asing ini. Karena tentu saja begitu banyak perbedaan budaya yang ada diantara kami, dan tentu saja ibu sedih karena aku harus berpisah dengan keluarga untuk mengikuti Emura. Saat itu aku berkeras dan tak terlalu menggubris kekhawatiran ibu.

Pada akhirnya memang benar kata ibu, tidak mudah menjadi istri orang asing. Di awal pernikahan begitu banyak pengorbanan yang harus aku keluarkan dalam rangka adaptasi, demi keutuhan rumah tangga. Hampir saja biduk rumah tangga tak bisa kami pertahankan. Ketika semua hampir karam, Ibu banyak membantu kami dengan nasehat-nasehatnya. Akhirnya kami memang bisa sejalan. Emura juga pada dasarnya baik dan penyayang, tidak banyak tuntutan.

Namun ada satu kecemasan ibu yang tak terelakkan, perpisahan. Sejak menikah aku mengikuti Emura ke negaranya. Aku sendiri memang sangat kesepian diawal masa jauh dari keluarga, terutama ibu, tapi kesibukan mengurus rumah tangga mengalihkan perasaanku. Ketika anak-anak beranjak remaja, aku juga mulai bekerja untuk membunuh waktu.

Aku tersentak ketika mendengar pemberitahuan kereta Narita Expres yang aku tunggu akan segera tiba. Waktu seperti terus memburu, sementara dingin semakin membuatku menggigil. Sesaat setelah melompat ke dalam kereta aku bernafas lega. Udara hangat dalam kereta mencairkan sedikit kedinginanku. Tidak semua kursi terisi di kereta ini dan hampir semua penumpang terlihat tidur. Setelah menemukan nomor kursi dan melonggarkan ikatan syal tebal yang melilit di leher, aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisa tidur sejenak seperti mereka. Tapi ternyata tidak, kenangan masa lalu yang terputus tadi mendadak kembali berputar dalam ingatanku.

Ibu..ya betapa kusadari kini sudah hampir empat tahun aku tak bertemu dengannya. Di tengah kesibukan, waktu terasa cepat sekali berputar. Terakhir ketika aku pulang menemani puteriku, Rikako dan Yuka, liburan musim panas. Hanya dua minggu di sana, itupun aku masih disibukkan dengan urusan kantor yang cabangnya ada di Jakarta. Selama ini aku pikir ibu cukup bahagia dengan uang kiriman ku yang teratur setiap bulan. Selama ini aku pikir materi cukup untuk menggantikan semuanya. Mendadak mataku terasa panas, ada perih yang menyesakkan dadaku. "Aku pulang bu, maafkan keteledoranku selama ini�c" bisikku perlahan.

Cahaya matahari pagi meremang. Kereta api yang melesat cepat seperti peluru ini masih terasa lamban untukku. Betapa masih jauh jarak yang terentang. Aku menatap ke luar. Salju yang masih saja turun menghalangi pandanganku. Tumpukan salju memutihkan segenap penjuru. Tiba-tiba aku teringat Yuka puteri sulungku yang duduk di bangku SMA kelas dua. Bisa dikatakan ia tak berbeda dengan remaja lainnya di Jepang ini. Meski tak terjerumus sepenuhnya pada kehidupan bebas remaja kota besar, tapi Yuka sangat ekspresif dan semaunya. Tak jarang kami berbeda pendapat tentang banyak hal, tentang norma-norma pergaulan atau bagaimana sopan santun terhadap orang tua.

Aku sering protes kalau Yuka pergi lama dengan teman-temannya tanpa idzin padaku atau papanya. Karena aku dibuat menderita dan gelisah tak karuan dibuatnya. Terus terang kehidupan remaja Jepang yang kian bebas membuatku khawatir sekali. Tapi menurut Yuka hal itu biasa, pamit atau selalu lapor padaku dimana dia berada, menurutnya membuat ia stres saja. Ia ingin aku mempercayainya dan memberikan kebebasan padanya. Menurutnya ia akan menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Untuk menghindari pertengkaran semakin hebat, aku mengalah meski akhirnya sering memendam gelisah.

Riko juga begitu, sering ia tak menggubris nasehatku, asyik dengan urusan sekolah dan teman-temannya. Papanya tak banyak komentar. Dia sempat bilang mungkin itu karena kesalahanku juga yang kurang menyediakan waktu buat mereka karena kesibukan bekerja. Mereka jadi seperti tidak membutuhkan mamanya. Tapi aku berdalih justru aku bekerja karena sepi di rumah akibat anak-anak yang berangkat dewasa dan jarang di rumah. Dulupun aku bekerja ketika si bungsu Riko telah menamatkan SD nya. Namun memang dalam hati ku akui, aku kurang bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga.

Melihat anak-anak yang cenderung semaunya, aku frustasi juga, tapi akhirnya aku alihkan dengan semakin menenggelamkan diri dalam kesibukan kerja. Aku jadi teringat masa remajaku. Betapa ku ingat kini, diantara ke lima anak ibu, hanya aku yang paling sering tidak mengikuti anjurannya. Aku menyesal. Sekarang aku bisa merasakan bagaimana perasaan ibu ketika aku mengabaikan kata-katanya, tentu sama dengan sedih yang aku rasakan ketika Yuka jatau Riko juga sering mengabaikanku. Sekarang aku menyadari dan menyesali semuanya. Tentu sikap kedua puteri ku adalah peringatan yang Allah berikan atas keteledoranku dimasa lalu. Aku ingin mencium tangan ibu....

Di luar salju semakin tebal, semakin aku tak bisa melihat pemandangan, semua menjadi kabur tersaput butiran salju yang putih. Juga semakin kabur oleh rinai air mataku. Tergambar lagi dalam benakku, saat setiap sore ibu mengingatkan kami kalau tidak pergi mengaji ke surau. Ibu sendiri sangat taat beribadah. Melihat ibu khusu' tahajud di tengah malam atau berkali-kali mengkhatamkan alqur'an adalah pemandangan biasa buatku. Ah..teringat ibu semakin tak tahan aku menanggung rindu. Entah sudah berapa kali kutengok arloji dipergelangan tangan.

Akhirnya setelah menyelesaikan semua urusan boarding-pass di bandara Narita, aku harus bersabar lagi di pesawat. Tujuh jam perjalanan bukan waktu yang sebentar buat yang sedang memburu waktu seperti aku. Senyum ibu seperti terus mengikutiku. Syukurlah, Window-seat, no smoking area, membuat aku sedikit bernafas lega, paling tidak untuk menutupi kegelisahanku pada penumpang lain dan untuk berdzikir menghapus sesak yang memenuhi dada. Melayang-layang di atas samudera fasifik sambil berdzikir memohon ampunan-Nya membuat aku sedikit tenang. Gumpalan awan putih di luar seperti gumpalan-gumpalan rindu pada ibu.

Yogya belum banyak berubah. Semuanya masih seperti dulu ketika terakhir aku meninggalkannya. Kembali ke Yogya seperti kembali ke masa lalu. Kota ini memendam semua kenanganku. Melewati jalan-jalan yang dulu selalu aku lalui, seperti menarikku ke masa-masa silam itu. Kota ini telah membesarkanku, maka tak terbilang banyaknya kenangan didalamnya. Terutama kenangan-kenangan manis bersama ibu yang selalu mewarnai semua hari-hariku. Teringat itu, semakin tak sabar aku untuk bertemu ibu.

Rumah berhalaman besar itu seperti tidak lapuk dimakan waktu, rasanya masih seperti ketika aku kecil dan berlari-lari diantara tanaman-tanaman itu, tentu karena selama ini ibu rajin merawatnya. Namun ada satu yang berubah, ibu...

Wajah ibu masih teduh dan bijak seperti dulu, meski usia telah senja tapi ibu tidak terlihat tua, hanya saja ibu terbaring lemah tidak berdaya, tidak sesegar biasanya. Aku berlutut disisi pembaringannya, "Ibu...Rini datang, bu..", gemetar bibirku memanggilnya. Ku raih tangan ibu perlahan dan mendekapnya didadaku. Ketika kucium tangannya, butiran air mataku membasahinya. Perlahan mata ibu terbuka dan senyum ibu, senyum yang aku rindu itu, mengukir di wajahnya. Setelah itu entah berapa lama kami berpelukan melepas rindu. Ibu mengusap rambutku, pipinya basah oleh air mata. Dari matanya aku tahu ibu juga menyimpan derita yang sama, rindu pada anaknya yang telah sekian lama tidak berjumpa. "Maafkan Rini, Bu.." ucapku berkali-kali, betapa kini aku menyadari semua kekeliruanku selama ini.

AKU CINTA SAHABATKU


Oleh NN

Angin sore menerpa wajahku yang sedang asyik-asyiknya melamunkan hal yang ga tau kenapa bisa aku lamunin. Hal ini tuh udah bikin aku galau belakangan ini. Ya, apa lagi kalau bukan jatuh cinta. Jatuh cinta udah ngebuat aku kaya orang bego. 

Tiap kali aku makan, wajah dia tuh selalu muncul, ngebayang-bayangin tiap langkah aku ke sekolah, dia tuh bagaikan bintang untukku, slalu nemenin tokoh 'aku' dalam mimpi aku. Sebenernya sih dia tuh temen chattingan facebook aku, dia tuh slalu ada kalau aku lagi sedih, ada masalah, juga kalau aku seneng, dia slalu ada buat jadi tempat berbagi kesenangan.  

"Braakkkk!" suara itu kedengaran amat menyeramkan, dan setelah kusadari, ternyata aku terjatuh dari ayunan yang sedang kunaiki. Ya ampun, aku ngelamunin dia lagi... Apa yang terjadi sama aku? Masa aku baru aja ngelakuin hal bego kaya gitu? Hal yang mungkin ngebuat orang lain ngakak di atas penderitaanku. 

"Awww.... Sakit banget kaki aku..." sebenarnya aku tau di taman ini ga ada orang lain selain aku, tapi kok aku ngerasa ada suara ketawa yang kejam? Hiiyyy, jangan-jangan....... 

"Huaaaa", aku berteriak kencang saking kagetnya. Baru kali ini aku denger suara hantu, ternyata suaranya tuh kaya manusia banget yah.  

"Ya ampunnn, ini Kayla? Ahaha, aku ngga nyangka banget bisa ketemu kamu di sini, Kay", kata suara itu. Haaaaa..... Salah apa aku bisa ketemu hantu di sore hari yang indah ini, ternyata hantu itu serba tau yaaa, masa dia juga tau nama aku, terus ya iya dia seneng bisa ketemu manusia bernama Kayla ini di taman terus nakut-nakutin dia, sementara aku...? 

'Tuhan tolongin aku Tuhan, bawa aku ke tempat yang aman, ke atas pohon boleh deh, asal aku ga usah ngeliat ni hantu gitu, ngga usah tatap muka sama diaaa.... Aku takut hantu....', doaku dalam hati. Tapi kayanya itu cuma jadi mimpi soalnya aku masih di bawah pohon, di deket ayunan kuning ini.... Suara langkah kaki itu semakin deket lagi... 

"aaaaaaa, jangan bunuh aku, mas hantu, aku masih belom punya pacar, masih banyak dosa sama mama sama papa... Pleaseee dong mas hantu, biarin aku hiduppp", teriakku sejadi-jadinya.  "Hahahahaha Kaylaa-Kaylaa... Kamu tuh yaa ngga di dunia asli, ngga di chat, sama aja: PENAKUT! Hahaha, ini aku, Mike..." kata suara itu... 'Mike siapa' kataku dalam hati.... 'Mike??? Hah, cowo itu? yang sedari tadi aku pikirin? Cowo yang ngebuat aku jatuh memalukan dari ayunan? hahaha, ngga mungkin ah', kataku sembari membalikkan tubuhku ke arah suara itu berasal. Hwaaa, wajah itu membuat hatiku bergetar hebat. 

Ternyata itu beneran Mike ya Tuhan!  Seketika lidahku tak bisa berkata-kata, 'kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku', gitu kalo kata sm*sh! aduh apa apan aku ini, di saat seperti ini aku masih bisa mikirin boyband asal Bandung favoritku itu... kembali lagi dong ke dunia nyata. "Hah, kamu beneran Mike?" kataku, memandang wajah dia yang berdiri di sebelahku sambil mengulurkan tangan, membantuku berdiri. 

"Ya iyalah emang kamu mikir aku ini hantu yang tau nama kamu? Hahaha", kata Mike seolah dapat membaca pikiranku. "Hehehe, ya kirain sih", kataku, menyambut uluan tangannya.  Baru kali ini aku melihat wajah aslinya, ternyata lebih cakep dari fotonya, ngebuat hati aku cenat cenut. 

Kami mengobrol banyak di taman sambil menikmati matahari yang dengan malu-malu ke tempat asalnya. Senja itu, aku benar-benar ngerasain apa yang namanya indahnya jatuh cinta. Setelah mengobrol begitu lamanya, kami berpamitan, oiyah sekarang aku tau, dia pindah ke blok sebelah rumah aku. Aku jadi tetanggaan sama dia, senangnya :D. Kami lalu pergi ke rumah Mike untuk Mike kenalkan sama keluarganya yang sering dia ceritakan di chat ym ke aku.    

Mike pindah dari Jakarta ke Bandung, katanya sih papanya tugas kerja di Bandung. Dia tinggal sama keluarganya, yang barusan dia kenalin ke aku, Oom Anwar, Tante Rosa, dan adik perempuannya yang cantik, Mary. Mike sekolah di sekolah yang beda sama aku. Hari-hari berikutnya kujalani dengan senyuman yang menghiasi wajaku, menganggap bahwa semua hal buruk di dunia ini takkan berarti apa-apa bagiku, asal aku bisa liat wajah dia, wajah Mike setiap hari... 

Sekarang Mike sudah menjadi sahabatku yang selalu ada di sampingku tiap aku ada masalah, dia selalu ngehibur aku.Semuanya jadi indah, sampai pada suatu hari, dia cerita ke aku tentang seorang cewe yang udah ngebuat hati aku sedih. Mike suka sama cewe itu, dan akhirnya setelah 3 bulan PDKT atau pendekatan, mereka jadian.  

Aku ngga kuat kalo harus terus begini, aku harus ngomong sama Mike tentang perasaanku sebenarnya, sebelum aku dibuat gila sama perasaan cinta sama sahabat sendiri. Bahkan, sebelum kami sahabatan, cuma sebagai temen di dunia lain selain dunia nyata, yaitu dunia maya, yang ga pernah tatap muka sebelumnya, aku udah suka sama dia... Ya, kalo perasaan ini terus-menerus dipupuk kaya gini, apalagi dengan sikap baik bangetnya itu, sikap perhatian itu, aku ngga mungkin ngga cinta sama dia... Rasa cinta ini terus menerus tumbuh, semakin besar dan semakin besar. Kalau aku ngga ngomong, bukannya aku seneng, tapi malah tersiksa sama perasaan ini.  Sampai pada suatu sore yang cerah, saat kami sedang ngobrol di taman kompleks sambil menatap awan yang terus menerus bergerak, aku menceritakan semua tentang isi hatiku, apa yang aku rasakan sama dia, dari kapan perasaan itu muncul, dan berbagai macam kalimat lain yang gatau kenapa langsung meluncur dari lidahku. Aku juga heran kenapa dia ngga kaget sama apa yang aku katakan. 

Dia tetap tersenyum manis sambil mendengarkan aku bicara tentang perasaan terlarang ini. Setelah selesai semua beban di hatiku ini. "Mike, kok kamu malah senyum-senyum sih? Emang sih ceritaku tuh novel banget, tapi harus kamu tau, ini tuh kejadian sebenernya!", kataku. 

"Ngga kok, Kay, aku seneng kamu mau jujur sama aku, aku seneng kamu mau jadi the one yang mau tulus cinta sama aku... Ehm, sebenernya aku malu banget ngomong ini sebenernya. Aku juga suka sama kamu, Kay. Dari kita ketemu di chat ym, aku juga udah suka sama kamu, aku berusaha supaya jadi yang terbaik buat kamu. Tapi aku udah putus harapan, soalnya kamu tuh ngga ngasih respon ke aku", jelas Mike. 

"Hah? Kalau kamu juga suka sama aku, kenapa kamu jadian sama Lila? Kenapa kamu malah ngebuat hati aku tambah sakit, Mike setelah aku tau kejadian yang sebenarnya."  

"Sebenernya, Lila yang aku ceritain ke kamu itu, dia adik aku, aku cuma mau tau, apa kamu cemburu sama Lila atau ngga. Ternyata kamu cemburu yah, hehehe", canda Mike, tapi aku kira ini janggal dan ngga lucu! "Mike, bukannya adik kamu namanya Mary? Kok kamu ganti jadi Lila sih?", tanyaku penasaran.
"Yah, namanya kan Delila Mary Wijaya, nama belakangnya sama kaya aku: Michael Stefan Wijaya. Hehehe, maaf banget kalau aku udah bohongin kamu, Kayla." 

Mike membuat aku yang tadinya kesal bercampur senang merasa sedikit tenang.  

"Jadi?" kata Mike. "Jadi, apa aku boleh jadi cowo yang bisa ngelindungin kamu, Kay?", sederhana, tapi udah buat aku melambung tinggi, bagai terbang di atas awan. 

"Aku mau, Mike jadi cewe yang bisa ngertiin kamu", jawabku sambil tersenyum. Kami baru saja jadian dan aku sangat senang akan hal itu. Menikmati senja di dekat ayunan tempatku pertama bertemu dengan Mike, dengan suasana yang sama: langit senja berwarna merah keunguan membuat hatiku tentram. Ternyata, sahabat juga bisa jadi cinta.

NUANSA HATI



Aku punya kisah yang membuatku sakit hati dan tidak bisa aku beritahukan kepada keluarga besarku. Kamu tahu kenapa aku gak bisa menceritakannya?karena itu adalah aib yang harus aku simpan di dalam hatiku ini. Jadi, jangan meminta aku untuk cerita ya?. Begini ceritanya:
Pertama kali aku bertemu dengan mantanku saat aku masih SMA. Dia adalah adik kelasku, tapi beda sekolah aja. Aku di kenalkan sama sahabatku waktu SMP, yang katanya dia temen kenalannya. Waktu aku di kenalkan ma dia, aku baru saja putus ma cowokku yang tinggalnya di Semarang. Kenalannya sih biasa aja tapi suasananya itu lho yang mendukung banget. Pertamanya aku di ajak main ke rumahnya untuk kenalan sama orangtuanya, akupun juga sebaliknya. Karena aku belum ada perasaan apa2 ma dia ya aku jadikan dia teman dulu. Padahal dia pernah menembak aku untuk jadi pacarnya tapi aku belum bisa.
Dia pernah berkata sama aku,”Aku akan menunggumu sampai kamu mau jadi pacarku walaupun itu 1000 tahun lamanya, karena aku sangat mencintaimu”. Mendengar dia ngomong seperti itu aku langsung merasa sangat tersanjung. Tapi aku hanya bisa memberikan jawaban sama dia,” Aku sangat menghargai perasaanmu sama aku tersebut, tapi aku hanya bisa menganggapmu sebagai seorang sahabat saja. Tapi gak tahu kalo sewaktu-waktu perasaanku bisa berubah terhadapmu. Kamu tetap mau khan jadi sahabatku?”. Dia menjawabku,”Iya, aku mau jadi sahabatmu”.
Besoknya dia langsung menjemputku untuk berangkat ke sekolah bersama. Di dalam mobilnya aku banyak sekali cerita tentang kegiatan, teman2ku di sekolah sama dia. Aku cerita kalo ada temanku yang mo ulangtahun.Temanku meminta aku untuk datang ke ultahnya ma pasangan, tapi aku bingung mo datang sama siapa. “Gimana kalo sama aku aja?”tanyanya sambil tersenyum padahal di dalam hatinya pasti berpikir(jawab iya dong). “Gimana ya?daripada aku gak ada pasangan ya sudah aku ajak kamu ke sana”. “Nah gitu donk aku khan jadi senang mendengarnya. Ya sudah acara ultahnya kapan?”. “Acara ultahnya jam 7 malam besok malam minggu di kafe CAHAYA, kamu mau jemput aku jam berapa?”. “Aku akan menjemputmu jam 7 kurang ya, dandan yang cantik ya?”.
“Aku tunggu kamu ya”. Kami menghentikan obrolan ini karena sudah sampai di depan sekolahku, dan aku ketemu sama sahabat2ku di depan pintu gerbang. Aku ngomong sama cowokku bahwa aku minta di jemput jam 4 ya karena aku ada ekskul cheerleader. Dia langsung jawab bahwa aku gak bisa jemput karena aku ada les di sekolaku jadi kamu pulang sendiri saja ya?. Aku jawab saja, “Iya gakpapa kok, nanti aku bisa nebeng sama temenku. Kamu nanti les yang rajin biar lulus sekolahnya kemudian bisa masuk ke sekolahku gimana?”. “Iya aku akan rajin belajar doakan aku ya?sudah ya aku mo terusan karena takut terlambat masuk sekolahnya”. Dia sudah pergi aku langsung ngobrol sama sahabat2ku yang sudah menungguku daritadi. Salah satu sahabatku yang namanya Donita tanya sama aku, “Itu tadi siapa yang lagi ngobrol sama kamu, kok kelihatannya asyik dan akrab banget ma dia?cowokmu ya?”. “Oh dia….. dia itu sahabatku yang di kenalkan sama teman SMPku bukan cowokku kok. Dia namanya Alex masih smp kelas 3 kok. Kalo mo kenalan dating saja besok waktu ultahnya Ditha ya?aku akan ajak dia ke acara itu gimana?”jawabku sambil u tersenyum. Melihat aku tersenyum Donita dkk langsung menjawab,”Ah yang bener Mitha cowok cakep begitu masih smp?kami kira dia kelas 3 sma lho. Kenalkan ke kita2 donk boleh khan?”.
“Bener kok aku gak bohong ma kalian, pertama kenal aku juga kira dia kelas 3 sma lho. Ya boleh2 saja lihat besok ya?”.
Saat bel berbunyi aku dan teman2ku segera masuk ke kelas karena pelajaran pertama Matematika gurunya galak banget. Saat tengah2nya lagi memperhatikan keterangan guru tiba2 hpQ bunyi, langsung saja teman2 sekelas pada ribut apalagi guruku. Waktu aku lihat ke hp ternyata yang menelpon Alex, langsung saja aku ngomong aku lagi belajar di kelas ni nanti aku telpon balik dech.
Saat bel istirahat berbunyi aku langsung di ajak teman2ku ke kantin tapi karena aku sudah janji telpon balik Alex ya aku tepati daripada dia marah sama aku. Aku ijin sama teman2ku untuk menelpon Alex. Saat aku telpon dia aku tanya ke dia,”Ada apa kamu telpon aku tadi apa gak kena marah gurumu/”. Dia jawab,”Lagi kosong karena gurunya lagi ada urusan keluarga. Daripada gak ada kerjaan ya aku nelpon kamu saja, emangnya gak boleh?” “Boleh saja tapi lihat situasi donk. Walaupun kamu gakada pelajaran belum tentu aku juga khan?’. “Iya deh maaf gak akan aku ulangi lagi, jangan marah ya?”. “Aku gak marah kok sama kamu, sudah ya temen2ku manggil karena sudah bel masuk ni. Nanti malam aku telpon lagi ya/”. “Iya, met belajar”.
Waktu pulang dari ekskul aku nebeng sama temanku karena Siska mo minta di temenin ke butik untuk beli baju. Sambil menunggu Siska milih baju aku sms-an ma Alex daripada bête. Setelah Siska selesai milih baju aku langsung minta di antar pulang karena sudah malam. Sampai di rumah aku langsung tidur karena capek banget apalagi aku harus bangun jam 3 pagi untuk belajar sebab besok ada ulangan kimia sama fisika.
Jam 7 pagi Alex menelpon mau menanyakan kenapa tadi malam gak nelpon lagi ngapain sih?. “Maaf aku tadi malam lupa juga ketiduran karena capek banget apalagi jam 3 aku harus bangun untuk belajar karena ada ulangan.Jadi, jangan marah ya?”. “Aku gak marah kok hanya kalo g bs nelpon ya sms dong biar aku gak khawatir gitu lho”. “Iya dech, aku sarapan dulu karena siap2 mau berangkat ke skul. Kamu gak skul apa juga gak jemput aku ni?”. “Tunggu ya aku sudah mau berangkat ke tempatmu. Lagian sekolahku lagi libur karena di pakai rapat guru jadi aku bias ngantar juga jemput kamu. Pulang sekolah kita jalan yux mau khan?”. “Mau dong, sekalian refreshing menghilangkan penat karena ulangan”jawabku.
Sambil menunggu Alex dating aku belajar lagi supaya gak lupa. Di dalam mobilnya aku konsentrasi belajar&Alex melihat aku lagi serius belajar jadi dia diam saja sambil sesekali melirikku. Sebelum turun dari mobil aku menyempatkan untuk pamitan serta mencium bibirnya. “Aku nanti di jemput jam 3 ya?karena ada pelajaran tambahan, jangan lupa lho”. “Iya aku g lupa kok, nanti kalo kamu sudah mau pulang telpon aku ya?”. “Iya”.
Keluar dari sekolah aku menunggu Alex dating. 5 menit kemudian Alex dating dan langsung mengajakku ke suatu tempat yang katanya bias untuk bersantai. Aku bingung maksudnya apa sich. Aku tanya ke dia, tapi dia g mau jawab katanya kejutan. Ya sudah aku manut saja apa maunya dia. Sebelum aku turun aku di minta untuk menutup mata pake saputangan. Sambil jalan aku di tuntun dia ke tempat yang aku tidak tahu.
Setelah sampai di tempat tersebut aku kok merasa ada yang sedikit aneh. Aku di minta untuk menepi ke dinding, kemudian dia melepas pakaian yang aku kenakan hingga telanjang bulat. Saya kok merasa gairah saya muncul ya?kenapa ya?. Saya membuka penutup mata dan melihat bahwa dia mulai meremas, menggigit, mencium, memainkan payudara saya setelah itu dia mulai turun menjilat perut, paha, selangkangan saya. Saya jadi kepingin deh, jadi saya balas aja dengan ganasnya. Saya menghisap penisnya sampai keluar air maninya.Karena air maninya masih keluar juga, aku masukkan saja ke dalam vagina saya sambil meminta dia untuk tarik tahan berulang kali. Saya dan dia melakukan itu ampe 3x selama 1 jam. Setelah melakukan itu aku meminta dia untuk kapan2 kita ML lagi terserah kamu mo di rumahku atau di rumah ya?. Iya, aku tunggu kabarnya. Karena sudah malam aku di antarkan pulang ke rumah sama dia. Sebelum aku turun aku minta dia untuk dating ke rumah karena orangtuaku lagi pergi ke luar negri selam 1 bulan, jadi di rumah g ada orang. Besok kamu menginap di rumahku saja menemani aku gimana?. Dia jawab,”Iya aku mau. Kita khan bias ML tiap hari, tapi nanti aku tidurnya di kamarnya siapa?”.
Aku jawab saja,”Terserah kamu saja mau di kamarku atau kamarnya kakakku, tapi lebih enakny sih di kamarku saja kamu khan bias melihatku stiap hari. Kalo kita mandinya bareng gimana?”. “Ya gpp, malah lebih hot gitu lho”. Besoknya dia dating ke rumah siang, aku minta dia untuk naik ke lantai atas menuju kamarku karena aku sudah buat kejutan untuknya. Secepatnya dia dating ke kamarku dan saat dia membuka pintunya dia melihat aku sudah telanjang bulat. Aku minta dia sebelum masuk, dia sudah harus telanjang bulat. Setelah aku puas melihat tubuhnya dari atas hingga bawah aku minta dia untuk menghampiriku yang sedang berbaring di ranjang.
Aku minta dia untuk duduk di pinggir ranjang, karena aku ingin memainkan penisnya sebelum menghisapnya. Aku melihat dia sudah mulai merasakan gairah yang menggebu-gebu, aku menghisap penisnya, sudah puas menghisap aku langsung memasukkan penisnya ke vaginaku. Sambil dia naik turun, aku minta dia untuk meremas payudara saya. Aku mencium bibirnya sambil memainkan lidahnya di dalam bibirnya. Setelah capek aku sama dia istirahat 5 menit untuk ML lagi dengan gaya yang berbeda.
Sekarang giliran aku yang di atas dia, aku akan melakukan ML dengan gaya 69. Aku menggoyang-goyangkan badanku agar penis sama air maninya masuk dan g bakal mudah keluar dari lubangku. Aku bahagia banget walaupun dia hanya sahabatku, aku bias ML sama dia. Padahal aku sudah ML sama cowok yang bias membuatku bergairah. Karena besok sekolah aku ML sepulang dari sekolah, tapi aku sering minta di antarkan sama Alex ke hotel/villa/losmen untuk check-in dengan tamu.
Selama 3 tahun aku ML sama dia, sampai aku sudah kuliah semester 3 ini. Karena aku sama dia kuliah di kota yang sama(Jakarta), maka aku memilih untuk kos, agar aku dan dia bias leluasa ML di kosnya masing2. Setelah 3 tahun menjalin persahabatan, kok aku mulai cinta sama dia ya?apakah dia juga cinta sama aku?.
Saat aku tanyakan perasaan yang dulu pernah di utarakan apakah masih berlaku?. Dia jawab,”Kenapa emangnya?kamu sudah mulai ada rasa suka ya sama aku?sebenarnya aku masih menunggu kamu untuk jadi pacarku agar kita bias ML terus, gimana menurutmu?”. “Menurutku sih juga begitu, jadi sekarang kita sudah jadian ni?gimana kalo untuk merayakannya, kita ML di kosku terserah mau sampe berapa kali aku sanggup, mau?” “Mau…..banget. Ayo, sekarang juga kita berangkat ke kosmu. Aku sudah g tahan ni pingin di masukkan ke vaginamu”.
Saat dia mengantarku ke kampus dan menemani aku menemui dosenku untuk menyerahkan tugas yang di minta. Setelah dari ruang dosen aku dan dia ke kantin untuk makan. Aku minta dia untuk menunggu aku 2 jam karena aku ada kuliah. Setelah kuliah aku ke mall untuk jalan2 melepas lelah. Jam 9 aku minta di antar pulang ke kos karena aku ada kuliah jam 7.
Jam 7 kurang dia menjemputku dan mengantarkan aku kuliah. Dia Tanya sama aku bahwa kamu selesai kuliah jam berapa?agar aku bias jemput kamu kemudian ML. “Aku nanti selesai kuliah g langsung pulang tapi mau ke rumah teman untuk mengerjakan tugas sekalian menginap di sana.Jadi, kamu g usah jemput aku ya?” Aku melihat wajahnya yang sedikit marah, aku bilang ke dia bahwa jangan marah ya Chayank, tolong ngertikan aku ya?aku lagi banyak tugas ni dari dosen, bukannya aku g mau lho. Aku sebenarnya mau tapi ya gimana lagi tugas kuliahku di kumpulkannya 2 minggu lagi. Memangnya di kuliahmu g ada tugas ya?. Dia berkata,”Maaf dech aku sudah marah sama kamu. Blm ada tugas sich makanya aku santai. Tapi selama kamu di sana sms aku ya?agar aku bias tahu kamu gimana”. “Iya, aku akan selalu sms kamu Chayank. Udah g marah khan?”. “G kok Cinta, udah sana masuk nanti kamu terlambat lho kuliahnya”katanya sambil memperlihatkan senyumnya yang menawan. Melihat dia telah tersenyum hatiku yang tadinya resah, akhirnya menjadi senang dan bias mengikuti kuliah dengan tenang. Selesai kuliah aku sama temanku makan dulu karena sudah lapar banget. Sebelum di kosnya temenku aku telpon Alex, untuk menanyakan lagi ngapain. Waktu di angkat aku kaget kok yang ngangkat telponnya cewek, dan katanya Alex lagi keluar. Aku tanya ke cewek itu,”Kamu siapa kok bias ngangkat telponnya Alex?”. Cewek itu jawab,“Aku ceweknya Alex, kenapa emangnya?emangnya kamu siapa?”. “Aku ceweknya Alex dan katanya dia belum ada cewek, kamu sendiri ngapain di sana?”. “Oh gitu, aku emang tidur dan tinggal di kos Alex”. Mendengar hal itu aku lansung minta sama temanku untuk mengantar ke kosnya cowokku untuk memastikan yang di katakan cewek itu. Temanku meminta aku untuk jangan emosi dulu kalo emang benar terjadi dan kamu harus membuat keputusan yang bias buat kamu bahagia. Sesampainya aku di kos, aku langsung masuk ke kamar yang ternyata g di kunci. Aku melihat pemandangan yang membuat hatiku sakit sekali, dia sedang tidur telanjang dengan cewek itu. Saat aku keluar dari pintu kamarnya, cowokku sempat melihatku dan berusaha mengejarku.

Dia telpon aku tapi g aku tanggapin karena hatiku sudah terluka. Dia datang ke kos untuk bicara, langsung aku bilang saja bahwa aku minta putus dan jangan pernah menghubungi aku lagi. Aku pernah di sakiti sama cowokku itu, aku akhirnya ML dengan cowok2 manapun yang aku suka. Sampai sekarang aku masih melakukan itu.

Begitulah cerita aku hingga seperti sekarang ini.

TAMAT

Penulis,

Nama : Rr. Nurul Hidayati
Email : rr.nurulhidayati@yahoo.com
Email FB : rr.nurulhidayati@yahoo.com
Alamat YM : rr.nurulhidayati@yahoo.com
Alamat : Jl. Nandan Griya Idaman 19a Yogyakarta 55581